Sabtu, 03 Juli 2010

buku 3 taiko

PENDAHULUAN

Keajaiban-keajaiban sikap dan pribadi Hideyoshi benar benar tercermin dalam novel ini. Banyak kejadian-kejadian yang dia lewati terbalut oleh semangat hidupnya yang seakan tak pernah pupus –dan jika itu mulai surut sekalipun dia tahu persis bagaimana dia harus bangkit- dan itu mampu mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
Pemerintahan Oda Nobunaga boleh dikatakan berhasil karena ada topangan pengikutnya seperti keberadaan seorang Hideyoshi. Dia mampu membuat orang disekitarnya memperhitungkannya tanpa membuat Hideyoshi harus disingkirkan. Itu karena mereka juga mengasihinya. Jelas bahwa Hideyoshi memang selain mampu memperlihatkan potensi dirinya,sinar kasih yang dia pancarkan juga mempengaruhi orang di sekelilingnya.
Buku tiga ini lebih menekankan keberadaan seorang Nobunaga dan juga Hideyoshi. Cara berfikir dan tindakan kedua orang ini saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. saling mendukung dalam cara yang berbeda. Saling membutuhkan dalam porsi masing-masing. Dan saling mengerti diantara mereka sangat kelihatan sekalipun ada hal-hal yang tidak membuat mereka sepaham namun akhir dari setiap persoalan akan selalu membawa kepuasan bagi mereka.

ISI
1. Sinopsis

2. Tema
Di dalam buku ketiga dari novel Taiko ini terdapat 5 sub judul, dan dari keli ma judul tersebut masing masing memiliki tema khusus. Berdasarkan tema khusus tersebutlah ditarik sebuah tema umum untuk untuk baggian buku ketiga ini.
• Tema khusus
Sub judul I : BENTENG DI ATAS AIR
Tema : “Mino Mengakui Tokichiro Kinoshita”
Sub judul II : MENJERAT SI MACAN
Tema :“Penyelesaian Masalah ala Kinoshita Hideyoshi”
Sub judul II : PENGUASA BUKIT KURIHARA
Tema :“Sebabnya Inabayama Jatuh”
Sub judul : JADILAH TETANGGA YANG RAMAH
Tema :“Impian Kinoshita Hideyoshi tercapai. Jalan Awal Nobunaga Memegang kendali Seluruh Negeri ”
Sub judul : SANG SHOGUN PENGELANA
Tema : “Menggapai Ibu Kota”

• Tema Umum : INILAH NOBUNAGA.INILAH HIDEYOSHI!

3. Alur
Alur cerita dari buku tiga novel taiko menggunakn alur campuran (maju-mundur). Penyusun mengambil kesimpulan tersebut dengan pertimbangan keberadaan penggunaan kalimat seperti di bawah ini did lam buku tiga novel Taiko ini:
“setelah aku membelot dan lari dari Hachisuka aku dipekerjakan sebagai ninja oleh marga Takeda Kai selama waktu yang cukup panjang,kemudian kira-kira 3 tahun lalu…” (hal 329 )
“Tiba-tiba Hikoemon teringat kepandaian lidah Hideyoshi ketika berdebat dengannya di Hachisuka”( hal 351)
“…tiba-tiba ia merasa seakan-akan melihat ibunya sendiri di Nakamura serta dirinya sendiri ketika masih anak-anak” (hal 371)
“Tahun sebelumnya, shogun Yoshiteru di bunuh oleh wakil gubernur….” (hal 393)
4. Penokohan
Di dalam buku tiga novel Taiko ada bermacam-macam tokoh namun penyusun hanya menuliskan
watak tokoh-tokoh utama atau tokoh-tokoh yang penting,di antaranya:
- Nobunaga adalah pemimpin marrga Oda yang berkarakter tanggap, berani, tegas, tak sabar.
“…Nobunaga memuji kesigapan patroli melucuti baju tempur si prajurit, dan bawahannya mengikat orang ke pohon besar di muka gerbang kuil… untuk selanjutnya di penggal… pencurian sekeping uang pun akan diganjar hukuman mati…” (hal 408)
“Nobunaga berwatak tak sabar… meski demikian Nobunaga merasa tak sabar” hal 343
- Kinoshita Hideyoshin seorang cerdik,pandai berbicara,pantang menyerah
“Tiba-tiba Hikoemon teringat kepandaian lidah Hideyoshi ketika berdebat dengannya di Hachisuka…” hal 351
“wah aku terkejut. Tuan memang luar biasa. Guruku pun menduga bahwa tuan sudah kapok dan takkan kembali lagi” hal 363
- Hikoemon seorang pengikut setia Hideyoshi berpendirian teguh, berbadan kekar, cenderung lembut, intelekual,gentle,setia.
“… anak itu berbeda dengan ayahnya yang berbadan kekar,cenderung lembut dan intelektual…” hal 320
“…kini ia sepenuhnya setia pada Hideyoshi”
- Akechi Mitsuhide: selalu waspada,intelek
“kewaspadaan tuan patut dipuji” (hal 393)
“sesuai dengan watakya,dia mudah tertarik pada buku-buku dan ilmu pengetahuan” (hal 394)
- Ieyasu: memiliki daya ingat yang baik.
“Hideyoshi terkesan dengan daya ingat Ieyasu yang begitu baik” (hal 409 )
- Ekei: biksu Buddha dari daerah barat. Bijaksana dan cermat.
“… tuan belum menghapus gambaran itu dari benak tuan.. Inilah yang menyebabkan tuan tidak dapat melihat siapa laki-laki yang kini ada di hadapan tuan…” (hal 331)
- Hanbei: seorang ahli strategi,tubuhnya tidak kuat.
“…seorang laki-laki yang dipandang sebagai ahli strategi,hidup menyendiri di bukit” (hal 350 )

5. Latar
 Kiyosu
“pada masa itu,jalan-jalan di kota benteng Kiyosu sering diramaikan oleh suara anak-anak…”( hal 317)
 Sunamota:benteng yang didirikan Hideyoshi
“… kau boleh menempati Benteng Sunamota..” (hal 339 )
 Gunung Komaki
“ Nobunaga memindahkan tempat kediamannya ke gunung Komaki” hal 339
 Mino
“ …sebuah pasukan besar akan berangkat dari gunung Komaki menuju Mino
 Bukit kurihara
“…Hanbei telah menarik diri percaturan dunia dan menjalani kehidupan tenteram di Bukit Kurihara” (hal 351)
 Gifu
“untuk ketiga kalinya, Nobunaga memindahkan tempat kediamannya,dari gunung Komaki ke Inabayama,yang diberinya nama Gifu…”
6. Pesan Moral
 Don’t judge a book by it’s cover
“…kalau tuan memandang seseorang,pandanglah dia dengan mata hati,jangan dengan mata kepala” hal 331
 Tidak ada yang lebih baik daripada ketenangan yang diberikan oleh seorang ibu
“sungguh lega rasanya melihat Ibu begitu sehat..” hal 384
 Orang tua tak selamanya ada,maka hargailah dan lakukanlah yang terbaik bagi mereka selagi mereka hidup. Selagi kau masih sempat.
 Kata-kata yang ramah bisa pendek dan mudah untuk diucapkan tapi gaungnya benar-benar tidak berakhir.
 Hati yang gembira dalah obatyang manjur tapi semangat yang patah mengeringkan tulang.







PENUTUP

1. Kesimpulan
Novel Taiko buku tiga ini sangat menarik. Setiap rangkaian kata-katanya memberikan nilai nilai yang memberikan nuansa tersendiri bagi pembaca. Pesan yang disampaikan begitu menyentuh hati dan tepat sasaran. Kenyataan bahwa sampai sekarang keberadaan novel ini tak pernah lekang oleh waktu membuktikan eksistensinya sendiri. Alur cerita yang disajikan juga tidak membuat kita kesulitan untuk menangkap apa yang hendak disampaikan dalam setiap bab. Apiknya penggunaan kalimat serta kelihaian seorang Eiji Yoshikawa menggambarkan setiap kejadian dan tokoh-tokoh mendukung keberhasilan novel ini tak terkecuali buku tiga dari novel ini.

2. Saran
Karya sastra ini boleh dikatakan sebagai bentuk penjelasan ke publik tentang keadaan pada abad ke 16. Kurang lebih penggambaran bagaimana Jepang bersatu dideskripsikan dalam novel ini. Oleh karena itu keberadaan karya sastra ini perlu lebih di apresiasi dan di kaji lebih lagi khususnya yang sebagai seorang mahasiswa sastra Jepang.

1 komentar:

  1. Sudut pandang sama gaya bahasanya gimana kak? Sama amanatnya?

    BalasHapus